Masuklah ke sekolah atau universitas modern mana pun saat ini, dan Anda mungkin akan menemukan setidaknya satu ruang kelas yang gemerlap dengan layar sentuh raksasa, proyektor nirkabel, papan tulis digital, dan lebih banyak tablet daripada buku teks. Ruang-ruang ini sering dipuji sebagai masa depan pembelajaran, menjanjikan pembelajaran yang lebih lancar, lebih banyak keterlibatan, dan peningkatan prestasi akademik yang luar biasa.
Namun tanyakan pada orang-orang yang duduk di dalam ruangan ini setiap hari, para mahasiswa, dan ceritanya akan menjadi jauh lebih berlapis.
Jadi, apakah kelas pintar lebih cerdas? Mari kita lihat apa kata siswa, apa yang disarankan penelitian, dan apa kekurangannya.
Teknologinya Kedengarannya Hebat… Secara Teori
Ruang kelas pintar dibangun dengan perangkat seperti layar interaktif, platform pembelajaran berbasis cloud, papan pintar, aplikasi jajak pendapat digital, dan sistem audio canggih. Tujuannya sederhana: menciptakan ruang di mana pembelajaran terasa dinamis, alih-alih membosankan.
Menurut laporan EdTech Evidence Exchange , banyak pendidik percaya bahwa teknologi yang diterapkan dengan baik dapat meningkatkan keterlibatan dan membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan lebih mudah.
Dan ya, siswa memang menikmati kebaruan penggunaan alat interaktif. Polling cepat, kuis gamifikasi, simulasi virtual, semua ini memecah kebosanan "guru bicara, siswa mendengarkan."
Namun fase bulan madu tidak selalu bertahan lama.
Apa yang Sebenarnya Diperhatikan Siswa
Setelah berbicara dengan siswa dari berbagai tingkatan, dan menyelidiki survei dan forum, berikut adalah hal-hal yang paling sering muncul.
1. Teknologi Membantu Jika Digunakan dengan Tujuan, Bukan Hanya untuk Terlihat Modern.
Siswa senang ketika guru menggunakan perangkat digital untuk menyederhanakan suatu topik. Kelas biologi menggunakan model 3D virtual jantung manusia? Bagus. Pelajaran matematika di mana guru menghabiskan sepuluh menit mencari tahu mengapa pena digital tidak berfungsi? Tidak begitu bagus.
Seorang mahasiswa dari sebuah universitas menuliskannya dengan tepat di Reddit:
"Keren banget kalau teknologi membantu kita lebih paham. Menyebalkan juga kalau separuh waktu kuliah dihabiskan untuk memecahkan masalah."
2. Cerdas Tidak Selalu Berarti Aksesibel.
Kelas cerdas sering kali berasumsi bahwa semua orang belajar paling baik secara visual atau melalui layar interaktif. Namun, siswa dengan kesulitan belajar terkadang lebih menyukai metode tradisional. Yang lain merasa beban belajar yang berlebihan mengganggu.
Sebuah studi oleh Pusat Nasional untuk Kesulitan Belajar menunjukkan bahwa meskipun teknologi dapat membantu, namun tidak secara otomatis inklusif: pahami masalahnya .
Banyak siswa merasa bahwa jika teknologi tidak diintegrasikan dengan cermat, pembelajaran dapat terasa terburu-buru dan membingungkan.
3. Wi-Fi Menentukan Suasana Hati.
Lucu sekali betapa sebuah pelajaran bergantung pada ikon kecil di sudut layar. Ketika internet bekerja sama, kelas pintar terasa lancar dan menyenangkan. Ketika tidak, yah, Anda hampir bisa merasakan gelengan kepala.
Ruang kelas yang sarat teknologi menciptakan ketergantungan. Dan siswa menyadari hal itu.
4. Digital Tidak Menggantikan Guru yang Baik
Ini mungkin poin yang paling sering diulang.
Siswa memang menyukai gawai. Namun, mereka lebih menghargai empati, humor, kejelasan, dan dukungan daripada layar sentuh. Ketika seorang guru tahu cara menjelaskan sesuatu dengan baik, gawai tersebut menjadi bonus yang menyenangkan, bukan tujuan utamanya.
Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan Harvard menemukan bahwa teknologi hanya efektif apabila pendidik merasa yakin menggunakannya.
Siswa pun merasakan hal yang sama. Guru hebat dengan perangkat dasar tetap lebih baik daripada guru yang bingung dengan perangkat canggih.
Jadi, Apa yang Sebenarnya Membuat Kelas Terasa “Cerdas”?
Setelah membaca pendapat siswa, berikut pola yang menonjol: siswa menganggap kelas itu cerdas jika membantu mereka belajar tanpa membuat mereka merasa stres, tersesat, atau terganggu.
Kecerdasan datang dari bagaimana teknologi digunakan, bukan teknologi itu sendiri.
Indikator utama siswa mengenai kelas yang benar-benar cerdas:
1. Pelajaran Terasa Interaktif Tanpa Kacau
Siswa senang ketika guru bergantian antara berbicara, mendemonstrasikan, mengajukan pertanyaan, dan menggunakan alat bantu digital. Variasi membantu mereka tetap fokus pada pelajaran.
2. Alat-alat Menghemat Waktu, Bukan Membuang-buang Waktu
Tak seorang pun ingin kuliah 50 menit terganggu oleh masalah login, layar macet, atau kata sandi yang terlupakan.
3. Kelas Mencakup Berbagai Cara Belajar
Campuran metode visual, verbal, dan praktik memungkinkan siswa menyerap informasi dengan cara yang sesuai untuk mereka.
4. Sumber Daya Digital Tetap Tersedia di Luar Kelas
Kuliah yang direkam, catatan bersama, dan kuis daring, hal-hal ini membantu siswa belajar lebih baik di waktu luang mereka.
5. Guru Menjelaskan Alasan Dibalik Penggunaan Teknologi
Siswa merasa lebih terhubung ketika teknologi mendukung tujuan pembelajaran yang jelas.
Di Mana Kelas Cerdas Masih Belum Mencapai Target
Terlalu Banyak Menggunakan Layar
Terlalu banyak layar bisa membuat kewalahan. Siswa mengatakan bahwa terus-menerus berpindah antar aplikasi, tautan, dan slide melelahkan fokus mereka.
Desain Serbaguna.
Hanya karena teknologi cocok untuk satu kelompok, bukan berarti cocok untuk semua orang. Beberapa siswa lebih suka kertas. Beberapa belajar lebih baik dengan mendengar. Beberapa membutuhkan penjelasan yang lambat dan detail.
Masalah Teknis yang Menghambat Pembelajaran
Gangguan, kelambatan, audio yang tidak berfungsi, atau terlalu banyak alat sekaligus membuat siswa merasa cemas dan tidak sabar.
Kurangnya Pelatihan Digital untuk Guru.
Guru seringkali diharapkan mampu mengintegrasikan teknologi secara ajaib tanpa pelatihan. Siswa menyadari ketika instruktur mereka merasa kebingungan.
Hal Ini Dapat Membuat Pembelajaran Terasa Impersonal.
Kelas yang penuh dengan gawai terkadang menciptakan jarak. Siswa tetap menginginkan koneksi antarmanusia.
Apa yang Sebenarnya Diinginkan Siswa Selain “Teknologi yang Lebih Banyak”
Inilah hal menariknya: banyak siswa tidak ingin kelas pintar menghilang. Mereka hanya menginginkan kelas pintar yang terasa seimbang. Kebanyakan mengatakan mereka menginginkan:
● Penjelasan yang jelas
● Campuran alat digital dan tradisional
● Fleksibilitas untuk belajar dengan berbagai cara
● Lebih sedikit tekanan untuk melakukan banyak tugas
● Guru yang merasa percaya diri menggunakan teknologi
● Lebih sedikit gangguan
● Interaksi yang lebih bermakna
Ruang kelas pintar tidak harus berteknologi tinggi dari lantai hingga langit-langit. Ruang kelas pintar perlu mendukung pembelajaran dengan cara yang terasa alami.
Jadi… Apakah Kelas Cerdas Benar-benar Lebih Cerdas?
Ya dan tidak.
Jika digunakan dengan sungguh-sungguh, kelas pintar membuat pembelajaran lebih menyenangkan, mudah diakses, dan berkesan. Kelas pintar menghidupkan pelajaran dengan cara yang tak pernah bisa dilakukan buku teks. Kelas pintar membantu guru berbagi konten dengan cepat dan membiarkan siswa belajar sesuai kecepatan mereka sendiri.
Namun, teknologi hanya sebagus pengalaman yang diciptakannya.
Siswa tidak terhubung dengan kabel atau layar. Mereka terhubung dengan perasaan memahami sesuatu dengan jelas. Mereka terhubung dengan guru yang membuat topik sulit terasa mudah. Mereka terhubung dengan lingkungan belajar yang mengurangi tekanan, alih-alih menambahnya.
Suatu kelas menjadi lebih pintar ketika teknologi dan hubungan manusia bekerja bersama, bukan ketika salah satu mencoba menggantikan yang lain.
Mungkin pertanyaan sebenarnya bukanlah apakah kelas itu cerdas. Mungkin pertanyaannya adalah apakah kelas membantu siswa merasa lebih cerdas, lebih percaya diri, dan lebih cakap.
Dan jawaban itu tidak terlalu bergantung pada layar sentuh di bagian depan ruangan, melainkan lebih pada orang-orang di dalamnya.

